Harus malam ini.
"Hey tunggu!"
Kulihat sesuatu dari sakunya terjatuh. Sepertinya dia buru-buru menuju apartment seberang. Kupungut benda itu. Terbaca nama yang cukup familiar di telinga. Cukup tampan.
"Ya?"
"Dompet Anda terjatuh di halte tadi."
"Ahh..." Tangan kanannya meraba-raba saku belakang celananya.
"Terimakasih ya." sapanya. "Bagaimana saya bisa berterimakasih kepada Anda? Should we get some coffees. On me of course."
"Sekarang?"
"Besok bagaimana? Saya diburu waktu hari ini.
"Tidak, terimakasih. Cukup sekian perjumpaan kita. We never know what will happen tomorrow."
First and last smile for him...
====================
"Hey, senyum donk Nad... Cemburut mulu!"
"Gw nggak tau neh musti gimana? Kasihan juga dia. Ihh ngeri gw jadinya... ditikam orang di jalan."
"Makanya jangan suka jalan sendiri. Ayo jalan... Gw ambil dompet dulu... Tunggu di sini ya."
Nada, seorang perempuan yang sempurna itu menungguku. Lelaki yang telah membuat hatimu hancur telah tiada. Tiada.
Aku masuk ke kamar. Kupandangi secarik foto yang baru dicetak, pisau apel berlumuran darah. Setiap penjahat punya trofi sendiri-sendiri.
For me, myself...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar