Jumat, 05 Maret 2010

Reuni Akbar (Negeri Kue)

sesuai permintaan Intan...
silakan dibaca, hehehe

====================

Alkisah terselenggara sebuah reuni akbar di negeri Kue. Reuni yang menghadirkan seluruh alumni angkatan ‘gorengan’ itu nampak begitu meriah. Dalam reuni tersebut, banyak beraneka ragam kelompok kue yang hadir dan bisa dikatakan semua kue-kue yang hadir telah mengalami banyak perubahan bila dibandingkan pada saat mereka lulus.

Bang Onde-onde masih mempertahankan predikat sebagai 'terimut'. Tampilan bintik-bintik wijen di tubuhnya dan wangi kacang ijo ekstra semakin banyak menambah kharismanya di kalangan manusia.

Kak Pastel yang semakin cantik dengan kulit renyahnya. Sejak kelulusan membuat tubuhnya semakin gemuk. Kegemukan yang menurut kaum Pastel menjadi berkah tersendiri. Ini dikarenakan manusia semakin suka kepadanya dan itu berarti kesuksesan baginya.

Bang Pisgor terlihat sangat berbeda. Sekarang si abang sudah berubah menjadi piscok. Si abang mengakui tidak hanya sebagai piscok, terkadang ia juga menjadi pisbakkej (pisang bakar keju), pisgorpas (pisang goreng pasir), dan tentunya masih banyak perubahan lainnya. Perubahan yang membuat si abang menjadi populer di mata manusia. Sungguh fleksibel sekali bang Pisgor ini.

kak Cucur dengan paras muka yang masih saja berminyak tetap menyajikan muka manis bagi alumni negeri Kue ini. Tak luput dari perubahan, kak Cucur yang dulunya selalu menunjukkan warna kecokelatannya sekarang mulai merias dengan berbagai warna pink atau hijau gelap tanpa menghilangkan kesan manis yang sudah tertanam sejak masa sekolah.

Adek Donat mengalami perubahan paling hebat. Donat yang dulunya masih polos tanpa apa-apa, paling pemalu, tetapi kini menjadi paling sukses. Semua masyarakat di Negeri Kue sudah mengetahui akan hal ini. Setiap hari dia mengubah penampilannya, kadang mengenakan coklat, sesekali menggunakan kacang atau krim dan susu sebagai aksesoris. Apabila ingin terlihat eksklusif, ia kenakan keju maupun strawberi. Saat ingin santai, gula halus bisa dipergunakan. Apa pun yang dikenakan Donat selalu saja cocok. Manusia sangat menyukainya.

Semua yang hadir bersuka cita dan larut dalam cerita perjalanan hidup mereka. Riuh renyah tawa turut menghiasi keceriaan mereka ketika teringat kenangan masa lalu. Ada yang nampak berbeda di antara mereka. Ia adalah Risol. Sejak kelulusan dia tak membuat penampilannya berubah, masih nampak sama seperti saat dulu. Tetap lonjong, kecoklatan, dan sederhana, tanpa hiasan apa-apa. Sifatnya pun masih tetap sama dan cukup disegani di antara kue-kue yang lain. Tak sedikit yang heran kenapa tidak ada perubahan dalam penampilan Risol?

“Kenapa kau nampak sama seperti dulu, Ris?” tanya Onde-Onde.

“Aku tidak sama seperti dulu bro. Aku pun sudah berubah.” jawab Risol dengan senyum.

“Apanya yang berubah?” tanya Pastel sambil menggaruk-garukkan kapalanya yang tidak gatal, terlihat bingung.

“Iya, sepertinya kau tetap sama, Ris!” Piscok menambahkan. Tangannya sibuk menyeka coklatnya yang lumer jatuh ke lantai.

“Aku berubah. Bukan penampilan luarku yang berubah, tetapi penampilan dalamku yang berubah. Aku tidak lagi hanya berisi bihun. Sekarang aku sudah berisi sayur-sayuran dan daging.” ujar Risol dengan senyum ramah.

“Apakah dengan perubahan di dalammu itu manusia menjadi suka denganmu?” tanya Donat.

“Hm..., entahlah. Angka penjualanku relatif stabil. Namun tidak tinggi seperti yang hadir di sini.”

“Kenapa kau tidak coba mengganti penampilan luarmu juga?” Piscok menyarankan.

“Untuk apa, bro?” Tanya Risol.

“Agar kau lebih populer dan pasti laku di kalangan manusia!” Jawab pastel semangat.

“em…” Risol menarik nafas panjang, lalu melanjutkan, “Aku tidak mau manusia menyukaiku lantaran penampilan luarku. Aku tidak ingin mengecewakan mereka jikalau penampilanku tidak sebanding dengan rasaku. Aku pun tidak ingin hanya sekedar laris tapi tidak memberi manfaat berlebih bagi mereka. Aku ingin manusia menyukaiku karena manfaat yang kuberikan. Aku ingin mandiri. Tidak bergantung pada penampilan. Bagiku terpenting adalah yang ada di dalam diri.”

Donat berpikir, apa jadinya jika tanpa penampilannya yang sekarang? Ia hanya menjadi donat biasa dengan rasa yang biasa pula. Jangan-jangan manusia menyukainya hanya karena hiasan yang melekat di tubuhnya, bukan pada dirinya. Donatpun mulai cemas. Bang Onde-Onde juga sama, ia berfikir apa jadinya bila ia tanpa wijen? Terlebih apa jadinya ia tanpa kacang ijo? Ia hanya akan menjadi Kue yang hampa. Gorengan yang tidak jelas apa namanya. Bulat, kosong, tanpa wijen. Raut wajahnya sedih, selama ini ia hanya membanggakan wijennya. Membiarkan begitu saja potensi kacang ijonya. Tidak ada improvisasi rasa yang cukup berarti. Terlebih kak Pastel, selama ini ia hanya sibuk terhadap kulitnya. Khawatir kendur dan tidak disukai manusia. Isinya tidak ia hiraukan. Ia juga menipu manusia dengan tubuhnya yang besar, namun isinya sedikit. Sedangkan bang Piscok terlihat syok berat. Teringat masa lalunya yang hanya pisang belaka. Tanpa coklat, tanpa tepung, dan tanpa keju. Selama ini ia tidak cukup pede bila tanpa itu semua. Ia tidak menyukuri kelebihan vitamin D yang Tuhan berikan padanya.

Setelah itu mereka melanjutkan reuni kembali...

====================

Tidak ada komentar: