========== !!! ==========
judul : pilihan
pengarang : VAP
tipe : cerbung
========== !!! ==========
Hmm... Tali...Silet...Racun Serangga...
Tali lebih bisa dipercaya. Kemungkinan gagal nya lebih sedikit. Tinggal mencari tempat yang tepat untuk menggantungnya, dan memastikan posisi aku tepat, hingga tidak akan lama kesakitan. Silet akan bagus jika aku ingin menikmati sakit yang tercipta. Perlahan...melihat darah mengucur...Menikmati sakit yang menghantarnya. Racun serangga..? Pilihan paling jelek. Rasanya pasti tidak enak. Kemungkinan untuk bisa diselamatkan pun lebih besar. Aku pikir, orang-orang bodoh, yang memilih racun serangga adalah orang yang berniat untuk diselamatkan. Meraka melakukannya hanya untuk mencari perhatian. Dan pastinya itu bukan pilihan ku saat ini.
Pukul 01.23. Angka yang bagus. Tadinya aku ingin 12.34, tapi masih ada beberapa teman di ruang belajar ini. Tipe anak-anak kurang kerjaan yang tidak bisa tidur -kemudian menghabiskan waktu dengan rumpi dan curhat-, serta anak-anak rajin yang memang bertekad mempertahankan nilai-nilai bagusnya. Aku bukan salah satu dari kedua tipe itu. Tidak punya teman untuk curhat segala masalah, dan tidak pernah mengerti dengan pelajaran disini. Mau serajin apapun aku, tetap tak bisa ku mengerti, dan akhirnya aku memilih untuk tak lagi memaksa otak ku berpikir. Hanya menikmati semua aktifitas yang telah terjadwal. Bukan menikmati, lebih tepatnya menjalani.
Tapi belakangan aku mulai menikmatinya. Menyerap setiap detail kecil yang berlangsung. Karena aku tak akan lama disini. Butuh kenangan terakhir dari tempat yang hampir 2 tahun aku huni ini. Teman-temanku disini.... Ada beberapa golongan teman yang sering aku perhatikan dengan setengah iri. Pertama tentu saja golongan manusia-manusia pintar. Mereka yang nyaris tidak pernah HER, yang melahap semua pelajaran fisika, matematika, kimia dan apapun itu dengan ringan. Menikmati setiap pengetahuan baru yang terserap. Mengikuti setiap lomba dan memenangkannya. Posisi yang dulu sangat aku kenali. Yang membuat aku bisa berada di sekolah ini, dan akhirnya membuat aku tak berguna seperti saat ini.
Golongan berikutnya adalah manusia-manusia aktif. Mereka yang dekat dengan siapapun. Yang dikenal oleh siapapun. Yang membidani dan mensukseskan setiap kegiatan. Yang benar-benar mencurahkan kreatifitasnya di sekolah ini tanpa khawatir dengan nilai. Karena biasanya mereka juga pintar dan memiliki nilai-nilai bagus.
Selanjutnya.... yang paling membuat aku iri, golongan penikmat kehidupan. Mereka yang terlihat tidak peduli dengan nilai, tidak peduli untuk mensukseskan setiap acara, tapi menikmati setiap saat disini. Bersama teman-teman, mengukir kenangan. Mereka bukannya tidak peduli dengan nilai, tapi mereka tidak memaksakan diri untuk belajar. Bisa menikmati saat harus HER, menikmati saat bebas sementara yang lain sibuk mempersiapkan acara, menikmati usaha-usaha kecil melanggar peraturan hanya untuk mengetahui apa akibatnya. Mereka yang bisa menerima hidup dan menikmatinya.
Jika aku diberi kesempatan untuk bisa menikmati hidup disini dengan salah satu cara diatas, mungkin aku memilih cara terakhir. Menikmatinya... Walau jika boleh, aku ingin kembali pintar dan aktif dengan menikmati setiap saat. Manusia memang serakah...
Dan sekarang aku sedang menikmatinya. Walau dengan cara yang berbeda; Seorang diri. Aku disini bukan seorang terkucil yang tak dikenal. Semua orang di sekolah ini mengenal aku, semua merasa mengenal aku.. Reni si badut nan gendut, atau dengan nama terkenal ku Rendut. Sasaran semua kekonyolan, sumber olokan dan kelucuan. Semua sepertinya mencintai aku. Dan tak ada yang mengetahui bahwa aku merasa hampa.. kosong... sendiri... Bosan dengan panggilan singkat Ndut dari orang-orang yang lebih gendut dari aku hanya karena pipi ku lebih cabi. Dan aku tak pernah keberatan dengan panggilan itu.
judul : pilihan
pengarang : VAP
tipe : cerbung
========== !!! ==========
Hmm... Tali...Silet...Racun Serangga...
Tali lebih bisa dipercaya. Kemungkinan gagal nya lebih sedikit. Tinggal mencari tempat yang tepat untuk menggantungnya, dan memastikan posisi aku tepat, hingga tidak akan lama kesakitan. Silet akan bagus jika aku ingin menikmati sakit yang tercipta. Perlahan...melihat darah mengucur...Menikmati sakit yang menghantarnya. Racun serangga..? Pilihan paling jelek. Rasanya pasti tidak enak. Kemungkinan untuk bisa diselamatkan pun lebih besar. Aku pikir, orang-orang bodoh, yang memilih racun serangga adalah orang yang berniat untuk diselamatkan. Meraka melakukannya hanya untuk mencari perhatian. Dan pastinya itu bukan pilihan ku saat ini.
Pukul 01.23. Angka yang bagus. Tadinya aku ingin 12.34, tapi masih ada beberapa teman di ruang belajar ini. Tipe anak-anak kurang kerjaan yang tidak bisa tidur -kemudian menghabiskan waktu dengan rumpi dan curhat-, serta anak-anak rajin yang memang bertekad mempertahankan nilai-nilai bagusnya. Aku bukan salah satu dari kedua tipe itu. Tidak punya teman untuk curhat segala masalah, dan tidak pernah mengerti dengan pelajaran disini. Mau serajin apapun aku, tetap tak bisa ku mengerti, dan akhirnya aku memilih untuk tak lagi memaksa otak ku berpikir. Hanya menikmati semua aktifitas yang telah terjadwal. Bukan menikmati, lebih tepatnya menjalani.
Tapi belakangan aku mulai menikmatinya. Menyerap setiap detail kecil yang berlangsung. Karena aku tak akan lama disini. Butuh kenangan terakhir dari tempat yang hampir 2 tahun aku huni ini. Teman-temanku disini.... Ada beberapa golongan teman yang sering aku perhatikan dengan setengah iri. Pertama tentu saja golongan manusia-manusia pintar. Mereka yang nyaris tidak pernah HER, yang melahap semua pelajaran fisika, matematika, kimia dan apapun itu dengan ringan. Menikmati setiap pengetahuan baru yang terserap. Mengikuti setiap lomba dan memenangkannya. Posisi yang dulu sangat aku kenali. Yang membuat aku bisa berada di sekolah ini, dan akhirnya membuat aku tak berguna seperti saat ini.
Golongan berikutnya adalah manusia-manusia aktif. Mereka yang dekat dengan siapapun. Yang dikenal oleh siapapun. Yang membidani dan mensukseskan setiap kegiatan. Yang benar-benar mencurahkan kreatifitasnya di sekolah ini tanpa khawatir dengan nilai. Karena biasanya mereka juga pintar dan memiliki nilai-nilai bagus.
Selanjutnya.... yang paling membuat aku iri, golongan penikmat kehidupan. Mereka yang terlihat tidak peduli dengan nilai, tidak peduli untuk mensukseskan setiap acara, tapi menikmati setiap saat disini. Bersama teman-teman, mengukir kenangan. Mereka bukannya tidak peduli dengan nilai, tapi mereka tidak memaksakan diri untuk belajar. Bisa menikmati saat harus HER, menikmati saat bebas sementara yang lain sibuk mempersiapkan acara, menikmati usaha-usaha kecil melanggar peraturan hanya untuk mengetahui apa akibatnya. Mereka yang bisa menerima hidup dan menikmatinya.
Jika aku diberi kesempatan untuk bisa menikmati hidup disini dengan salah satu cara diatas, mungkin aku memilih cara terakhir. Menikmatinya... Walau jika boleh, aku ingin kembali pintar dan aktif dengan menikmati setiap saat. Manusia memang serakah...
Dan sekarang aku sedang menikmatinya. Walau dengan cara yang berbeda; Seorang diri. Aku disini bukan seorang terkucil yang tak dikenal. Semua orang di sekolah ini mengenal aku, semua merasa mengenal aku.. Reni si badut nan gendut, atau dengan nama terkenal ku Rendut. Sasaran semua kekonyolan, sumber olokan dan kelucuan. Semua sepertinya mencintai aku. Dan tak ada yang mengetahui bahwa aku merasa hampa.. kosong... sendiri... Bosan dengan panggilan singkat Ndut dari orang-orang yang lebih gendut dari aku hanya karena pipi ku lebih cabi. Dan aku tak pernah keberatan dengan panggilan itu.
========== !!! ==========
bersambung ke part2
========== !!! ==========
Tidak ada komentar:
Posting Komentar