Selasa, 19 Juli 2011

beberapa pertanyaan interview

Tadi pagi saya interview pada sebuah perusahaan di Jakarta. Ada 2 pertanyaan yang menarik. Keduanya mungkin saling berhubungan. Keduanya meliputi:

1. Dari jenjang pendidikan yang Anda telah lalui, manakah yang paling berkesan? Apa sebabnya?

Pertanyaan kedua tentunya sudah bisa ditebak

2. Dari jenjang pendidikan yang Anda telah lalui, manakah yang paling tidak berkesan? Apa sebabnya?



Rata-rata, kalo seseorang yang telah lulus dari sma saya akan berkata waktu sma. Kalo saya bakalan bilang waktu kuliah. Hohoho... kenapa ?
Padahal nilai-nilai gw sangatlah jelek. Kuliahnya pun nggak nanggung-nanggung memakan waktu terlama yang bisa mereka sediakan.
Bahkan teman saya pernah berceloteh, "Rugi ya kalo nggak dimaksimalin."
Dan setelah mendengar itupun saya malah ketawa ngakak, bukannya bersedih.

Balik lagi ke atas, kenapa ?
Di instansi situlah saya merasakan kegagalan. Bukan hanya sekali, tapi bisa bertubi-tubi. Kegagalan ini bukan hanya dalam bidang akademik, termasuk di dalamnya untuk organisasi, disiplin waktu, asmara (curcol...), dan menulis. Beda dengan kegagalan dalam bidang akademik yang selalu dalam setiap semesternya, 4 terakhir datangnya silih berganti.

Anehnya, saya tidak menyesal. Gagal itu kalo menurut saya itu hanya belom waktunya saja. Kalo diumpakan bak masih dalam antrian, menunggu gilirannya untuk dicoba kembali.
Semisal saya datang dengan tergesa-gesa tentu akan merasa menyesal, tetapi sifat yang ada dalam diri saya (ini menurut beberapa teman) dalam menjalani hidup saya cenderung bersifat santai dan menyepelekan segala hal. Memang, mungkin, karena dua sifat itulah saya jarang menyesal.


Untuk jawaban pertanyaan kedua. Hhmm... sltp. Bermain merupakan segala hal, kenakalan remaja... maklum.

Kenapa SD lebih berkesan. Di sana saya lebih 'berjuang'. Berjuang demi nama baik keluarga, secara turun-temurun dikenal oleh para guru SD komplek tersebut. Belajar mengenai kehidupan petani dan nelayan. Betapa lebih beruntungnya saya pada waktu itu. Secara tidak langsung saya bersyukur bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Pada waktu memasuki sltp, hal-hal seperti itu justru saya lupakan, sosialisasi menjadi prioritas tertinggi.

Bagaimana dengan SMU? Sedikit sekali belajar kegagalan. Kalopun ada, dengan sedikit kedipan mata bisa diatasi. Bagaimana bisa? It's secret! Ahahaha...



-kiko-

Tidak ada komentar: