Sabtu, 30 Oktober 2010

pulang malam

Sebagian kolega mengatakan kalo orientasi buat shaya sewaktu memulai kerja sangat parah. Parah dalam artian bukan shayanya yang tidak bisa mengikuti pola yang diterapin oleh atasan, tapi justru shaya dikenalkan kepada suasana yang kurang nyaman.
Hal ini mungkin disebabkan karena job scope dari shaya yang memaksa untuk pulang malam atau bekerja semalaman hingga pagi hari. Padahal menurut mereka kalo orang-orang baru diperlakukan seperti itu akan menjadi tidak betah.

Bagi shaya, pulang malam punya maksud tersendiri.

1. Udah bukan rahasia lagi, banyak orang di kota ini menghabiskan seperenam dari harinya hanya untuk duduk atau berdiri di kendaraan umum. Dilaju merupakan hal yang lumrah, terlebih kalo punya keluarga sendiri. Dalam kasus shaya, meskipun rumah jauh, shaya lebih memilih untuk pulang malam (biasanya setengah sembilan), bisa ngirit 1-2 jam waktu perjalanan dibanding pulang pada waktu jam 6.

2. Ngobrol. Itu alasan lain kenapa shaya pulang malam. Kapan lagi bisa ngobrol dengan yang lain kalo bukan pada waktu setelah jam kerja. Walopun sewaktu lunch bisa dilakukan, tapi arah obrolannya selalu berbeda. Sewaktu lunch banyakan ngebahas topik yang berhubungan dengan dunia kerja atau ngobrolin orang di situ, wakakaka. Pada waktu malam, tentunya banyak yang ingin melepas penat, jarang yang ngobrolin soal kerja. Ditambah, kita bisa ngobrol dengan para atasan pada waktu malam dalam suasana santai hohoho...

Masih ada beberapa alasan seperti menunggu waktu Isya, ingin melihat Jakarta di malam hari, atau dinner di luar.

Tidak ada komentar: