Hal yang terparah terjadi. Aku hamil. Aku mengandung anak monster itu. Dunia serasa gelap dan aku merasa seperti terkungkung di kandang singa dan tidak akan pernah bisa keluar. Inginnya lari dari semua ini, tapi siapa yang sudi menerimaku? Sekarang aku hanyalah cewek murahan yang hamil di luar nikah. Meskipun demikian aku berusaha menyembunyikan kehamilanku dari Pak Gilbert (sampai kapanpun aku tak akan bisa memanggilnya "Gilbert"). Aku tak ingin anak tersebut menjadi alasan dia untuk mengikatku. Tapi sehebat-hebatnya aku berusaha menghindar dari lesnya, bolos dari jam pelajarannya,pada akhirnya dia mendengar ‘cerita mual-mual’ku dari beberapa temanku. Memang mereka tidak sampai menyangka aku hamil (apalagi hamil dari Wali kelas sendiri), tapi Pak Gilbert langsung mengetahuinya. Tak heran mengingat seringkali dalam berhubungan kami tidak menggunakan alat pengaman. Ia lalu mendatangiku di rumah dan…membeberkan semuanya pada kedua orang tuaku, lantas berkata akan sepenuhnya bertanggung jawab dengan mengawiniku secepatnya. Orang tuaku lega, tapi aku merasa seakan seluruh dunia runtuh menimpaku.
***
Aku memang ingin menikah. Aku memang ingin punya anak. Tapi tidak seperti ini, tidak dengan seorang sakit seperti dia. Saat untuk kedua kalinya aku minta putus sambil mengancam akan membeberkan semua perbuatannya (aku masih tak percaya dulu aku begitu bodoh), dia hanya tertawa dan mengejek,
"Sayang, lihat dirimu. Kamu cukup beruntung ada seorang pria sepertiku yang mau mengawinimu. Siapa yang akan percaya cerita konyol seperti itu, …hey, apakah aku nampak seperti penyiksa? Sekarang tenanglah, lebih baik kita bersenang-senang…"
Lalu Pak Gilbert mengunci pintu dan menyuruhku melayaninya saat itu juga.
Aku sudah lelah menangis, aku sudah capek bersuara. Aku harus dapat menerima kenyataan bahwa aku memang seorang diri. Dan yang dapat menolong diriku hanyalah aku sendiri. Niat itu semakin kuat setelah aku mengkorek-korek masa lalu Pak Gilbert dan menemukan catatan hitamnya saat masih mengajar di sebuah SMA tak terkenal di Jepara. Dia pernah dituduh melakukan pemerkosaan terhadap salah seorang siswi yang diajarnya. Pemerkosaan tersebut baru dilaporkan setelah berjalan selama 1 tahun, namun karena reputasi Pak Gilbert bersih dan ia selalu berhasil mengelabui orang-orang dengan wajah intelek dan ramah-nya, maka tuduhan tersebut dicabut dan ia hanya perlu membayar sejumlah uang kompensasi yang aku yakin tidak ada artinya bila dibandingkan penderitaan gadis itu. Gadis itu mungkin seumur denganku; dan detik itu aku bersumpah dalam hati kalau Pak Gilbert tidak akan dapat menyakiti gadis-gadis lagi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar