Jumat, 26 Januari 2007

Pernikahan Hampa....................(02/04)

Orang-Orang berlalu-lalang, bau wangi makanan dan kembang menguar dari banyak tempat, tapi tidak ada yang berani mengajakku berbicara. Mereka seakan berpikir, ada yang selalu diresahkan dari setiap pernikahan bahkan ketika terjadinya esok hari. Orang tuaku, saudara dan kerabatku, semua membiarkanku duduk di ruang keluarga dimana segala hal di masa lalu kami tertambat dalam pigura-pigura yang mencoba mengekalkan peristiwa. Ada potret pernikahan orang tuaku, ada potret pernikahan empat kakakku, ada potret-potret wisuda, dan sebentar lagi, akan ada potret pengantinku. Tapi siapakah yang akan menyangka bahwa potret yang kelak akan terpasang itu merupakan usaha untuk mengekalkan sebuah peristiwa yang sangat penting sekaligus sangat getir?

Aku tahu, perpisahan kami menorehkan luka yang nyaris tak tertanggungkan olehnya. Baginya, aku adalah sesuatu yang juga sangat berharga dalam hidupnya. Tapi hidup melakonkan kisah-kisahnya dalam guratan-guratan yang kadang tidak gampang untuk ditengarai, tidak selalu dalam batas hitam-putih yang begitu jelas. Banyak yang lamat, tak terduga, kisah-kisah yang rumit untuk kemudian dijelaskan dalam kalimat-kalimat yang jelas. Jauh di dalam hatiku, aku merasa, ia pun mengharapkan sebuah pertemuan untuk kemudian kembali menjalani hal-hal yang sama-sama kami harapkan.

Segalanya adalah cerita yang biasa dan lazim. Dalam menjalani hidupku dan pendaran harapanku akan pertemuan dengannya, aku masuk dalam tahapan menapaki waktu dengan laki-laki keempatku, laki-laki sambil laluku. Seperti cerita yang cukup lazim pula, ada saat dimana aku lelah dan aku butuh sesuatu, ada saat dimana aku direnggut oleh kekinian demi kekinian yang tidak semuanya bisa dibendung oleh harapan demi harapan. Aku hamil, dan aku harus menikah. Aku masuk dalam satu pintu peristiwa menuju ke sebuah ruang dimana kemudian hampir kebanyakan orang mengalaminya: menikah dengan orang yang tidak benar-benar kucintai.

Aku bangkit, masuk kamar, menutup dengan ragu pintu kamar seperti keraguanku atas pernikahan yang akan berlangsung esok hari.

Tidak ada komentar: